Harian Mediasi-Com-Tulang Bawang — Terbatasnya daya serap Bulog terhadap hasil panen membuat harga gabah petani anjlok di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP) pemerintah. Kondisi ini diperparah dengan ketidakmampuan para agen membeli gabah petani dengan harga wajar. Di tengah situasi sulit ini, seorang petani di Rawajitu Selatan mengambil langkah inovatif.
Erlandi Roslan, petani asal Kampung Medasari, Kecamatan Rawajitu Selatan, Kabupaten Tulang Bawang, berinisiatif membeli mesin penggilingan padi kecil dan membuka usaha penggilingan secara mandiri.
Penggilingan tersebut beroperasi di rumah pribadi, tanpa bangunan khusus, dengan kapasitas produksi sekitar 1,5 ton gabah per hari.
Sebelum digiling, gabah-gabah tersebut dikeringkan terlebih dahulu secara tradisional dengan cara dijemur di halaman rumah, memanfaatkan sinar matahari. Meski dengan peralatan dan fasilitas sederhana, langkah ini cukup efektif menjaga mutu beras sekaligus menekan biaya produksi.
“Daripada gabah dibeli murah, lebih baik kami giling sendiri, jual berasnya langsung. Walaupun kecil-kecilan, setidaknya bisa mempertahankan harga gabah petani,” ujar Erlandi.
Langkah ini mendapat dukungan penuh dari DPC PERPADI Kabupaten Tulang Bawang. Ketua Tim Advokasi DPC PERPADI, Suguntur, S.H., mengungkapkan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi inisiatif tersebut dan siap memberikan pendampingan, termasuk dalam pengurusan legalitas usaha seperti pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan izin lain yang dibutuhkan.
“Kemandirian petani seperti ini patut didukung. Kami dari DPC PERPADI siap membantu agar usaha ini memiliki legalitas resmi dan bisa berkembang,” kata Suguntur.
Inisiatif ini diharapkan menjadi contoh bagi petani lain dalam memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal, sekaligus membangun kemandirian ekonomi petani di tengah tekanan pasar yang tidak menentu.(Caswari)